Pintar Memilih Gadget

Share:
Dan banyak pembantu seperti Kasim yang memiliki perangkat gadget digital canggih hanya untuk sebuah gaya dan gengsi, bukan kebutuhan hidup.

Pintar Memilih Gadget

Aku menyebutnya Kasim, pria yang bekerja sebagai pembantu atau tukang kebun dan penjaga rumah seorang majikan yang baik hati. Walaupun statusnya rendah, tapi bukan menjadi hambatan baginya untuk meneruskan pendidikan dan pintar menggunakan gadget.

Dilema Gadget Canggih

Gadget digital canggih bukan hanya menghantui pengguna kelas atas dan menengah, bahkan wong cilik sekelas Kasim pun tak mau ketinggalan. Tapi itu tak terjadi pada Kasim yang lebih pintar memilih gadget dalam menutupi segala kebutuhan dan fasilitas di rumah majikan.

Baca Juga : Cara Memilih Smartphone Murah dengan Tepat

Kasim hanya memiliki handphone murahan tanpa kamera, tak tergiur dengan smart phone seperti yang dimiliki rekan-rekan pembantu lainnya. Dia mampu mengatur informasi penting yang disimpan kedalam draft, pintar menggunakan promosi pulsa hingga dana yang dihabiskan untuk sebuah handphone hanya berkisar dua puluh ribuan, bahkan bonus-bonus sms & telephone yang diterimanya sering tak habis di akhir bulan.

Terjebak Smartphone, Gadget Kualitas Tinggi?

Sebagai contoh, pembantu sebelah rumah majikan memiliki smart phone yang menghabiskan biaya tiga bulan gaji. Begitupun mereka tak mengerti bagaimana menggunakan smart phone, hanya sebatas telephone, sms, dan facebook melalui paket mini browser. Mereka tak mengerti tentang paket hingga terjebak menghabiskan biaya pulsa ratusan ribu, apalagi tawaran dari konten operator.

Apakah Kasim tak tertarik atau tak mampu menggunakan gadget canggih sekelas smart phone? Bisa saja, tetapi pertimbangan biaya yang dimiliki seorang pembantu untuk menutupi kuliah dan mengirimkan sebagian pendapatan kepada keluarga menjadi prioritas utama dibanding mengikuti trend yang ada saat ini. Berapa banyak pembantu yang memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan, apalagi pintar memilih gadget dan mengelola keuangan.

Tak Pintar Gunakan Gadget

Kalian mungkin berfikir bahwa Kasim seorang pembantu yang pintar, tapi menurutku tidak. Setiap orang dilahirkan tanpa kecerdasan dan pendidikan membentuknya menjadi seorang yang pintar. Dia sangat beruntung memiliki majikan yang mengerti tentang wong cilik, majikan yang mengajarkan pendidikan menuju perubahan.

Pertama kali bekerja sang majikan memberlakukan banyak aturan hingga Kasim merasa tak betah bekerja disana.

Tapi kini dia mengerti mengapa sang majikan melarangnya membeli berbagai gadget digital canggih, mengajarkannya cermat menggunakan biaya dan promosi, memberi kebebasan membaca koleksi buku, menggunakan komputer & internet, hingga menonton siaran tv yang bermutu.

Sang majikan tak pernah memberi biaya pendidikan kuliah, dia hanya memberi petunjuk bagaimana mengelola keuangan seorang Kasim hingga bisa menjalani kuliah. Kasim yang dulu sudah sangat berbeda, pintar dan lebih memilih membuka usaha di kampung halaman dibanding harus menjalani kompetisi hebat di tengah kota. Hidupnya kini dipenuhi target, berapa lama harus bekerja sebagai pembantu, dan kapan waktu yang tepat membuka usaha. Begitupun sang majikan tetap mendukung dan membuka pintu selebar-lebarnya jika dia membutuhkan bantuan.

Yang kita dengar selama ini bahwa negara tercinta telah berkembang mengurangi jumlah penduduk miskin, dan aku ragu,… aku tak melihat semua itu bahkan jumlah penduduk miskin akan semakin bertambah. Kita disibukkan dengan berbagai berita hingga tak tahu tetangga menjual sepatu untuk membeli beras.

Berapa banyak pembantu rumah tangga yang bekerja di negeri sendiri? Kebanyakan dari mereka pulang kampung dengan berbagai gadget, gaya & gengsi. Dan sosok majikan Kasim sangat kita butuhkan, bukan bantuan materi tapi pembentukan karakter. Walaupun nantinya tetap hidup miskin, setidaknya masih memiliki kepintaran.

Oh ya,…. kalau kalian punya pembantu, jangan biarkan mereka seumur hidup bekerja untukmu, minimal mengajarkan perangkat gadget tepat guna.

Tidak ada komentar